Sabtu, 06 Agustus 2011

kisah teladan


Dahulu, ada dua sahabat. yang satu bernama air yang satu lagi bernama api. Dan diharapkan Anda dapat belajar dari kisah ini. Liat deh..

Suatu ketika si Api berkata kepada si Air, "Menjadi dirimu sungguh menyenangkan. Kau selalu dipuji banyak orang. Bahkan ada teori bahwa tak ada dirimu maka tak ada kehidupan. Sedangkan aku? Aku selalu disalahkan setiap ada bencana. Ketika kebakaran? Akulah yang disalahkan banyak orang, kau bahkan yang mengurangi amarahku dengan percikan sejukmu, itu juga yang membuatku sedikit iri denganmu. Namaku juga semakin buruk ketika orang2 berkata bahwa Setan tercipta karena aku diciptakan. Aku bahkan pernah berfikir bahwa persahabatan kita tidak akan berjalan lama".

Kemudian, Air pun menjawab, " Hey, apa yang sedang kau pikirkan? Kau pikir aku selalu mendapatkan hal-hal yang menyenangkan? Kau sangat aneh. Kita memang sudah ditakdirkan seperti ini. Aku dan kaupun tidak dapat menghindar darinya. Kau pikir hanya aku yang pernah disalahkan? Banjir dan Tsunami? Tebak siapa yang disalahkan? Kau berfikir bahwa kau adalah sesuatu yang tidak berguna. Kawan, bayangkan jika dari dulu aku tidak pernah bertemu denganmu. Aku akan membeku, sekeras-kerasnya. Kau melunakkan sifat kerasku dan aku menyejukkan sifat panasmu. Jika kita tidak ada, maka orang2 hanya akan memakan sesuatu secara mentah2. Namun dengan adanya kita, orang mengenal menggoreng, merebus, memanggang, mencuci, dsb. Ingat kawan, KITA MEMANG TIDAK BISA BERSAMA SECARA LANGSUNG, TETAPI KITA BISA MELENGKAPI SATU SAMA LAIN."
FOTO: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgomuLv7phOWJMx2pMvQRvtCNP19tJI2pmAjA8qrCjQfmze79Ab60WgXrhyphenhyphenDbUuhFJ8mN6MGMXfvqSEstbvpqZF6c4MLkgV5qSa10nBDmdyjKrN6ZwKSHQjRTMe2G2wKDEg_opEJ5DSJXU/s1600/bersatu.jpg, http://images03.olx.co.id/ui/11/10/63/1303614290_161170763_4-ISI-ULANG-ALAT-TABUNG-PEMADAM-KEBAKARAN-PEMADAM-API-TERMURAH-Bisnis-Industri.jpg

Selengkapnya...

Makna Impian

Assalamu'alaikum...

Semua orang bisa melakukan apa saja, asal mereka mau. Ketidakmampuan fisik tidak berpengaruh sama sekali dalam hal ini. Mau bukti?

Banyak orang yang mengatakan bahwa orang yang kakinya (maaf) cacat, mereka tidak bisa jalan. Sekarang saya akan bertanya, "Apa arti berjalan?". Rata-rata banyak yang menjawab, "Yaitu kegiatan berpindah tempat/posisi dengan alat bantu berupa kaki". Tapi bagaimana jika kemudian saya bertanya seperti ini, "Mengapa mobil disebut berjalan? Padahal mobil tidak memiliki kaki melainkan ban". Jadi, apakah orang yang cacat kakinya bisa berjalan? Tentu saja bisa, walaupun dengan tongkat ataupun kursi roda ataupun alat-alat yang bisa membantunya untuk berpindah posisi. Lalu, apa kendala dari semua ini? Kemauan jawabannya. Orang miskin bisa menjadi orang sukses jika ia mau berusaha.

Jadi, selalu berharaplah akan sesuatu (memiliki impian) karena dengan begitu kita akan termotivasi untuk mau melakukan sesuatu yang sesuai dengan apa yang kita harapkan.

Mungkin ada yang mengatakan bahwa orang yang nekat melakukan bunuh diri adalah orang yang putus harapan. Padahal pernyataan itu salah. Mereka mempunyai harapan bahwa semua masalahnya akan selesai jika mereka mati.

Jadi apa yang salah? Salah mengambil keputusan dalam bertindak. Semua orang ingin tidak punya masalah, tetapi pemecahannya tidak harus dengan bunuh diri, bukan? Masih ada cara lain yang lebih bijak. Mungkin dengan berlibur, bercanda, ataupun menikmati saja masalah itu dengan senyum.

Jadi, bebaskan dirimu untuk bermimpi dan jadikan mimpimu sebagai dorongan untuk membawamu ke arah yang lebih baik.
Selengkapnya...

Menuju Panggung Olimpiade

Assalamu'alaikum....

Saat masa-masa SMA, saya pernah mengemban tugas yang (mungkin) tidak semua orang bisa memiliki kesempatan yang sama seperti saya. Saya adalah salah satu dari beberapa murid SMA N 1 Parung yang pernah berkelut di dunia olimpiade. Di sini saya tak bermaksud untuk menyombongkan diri ataupun mengharapkan pujian. Saya hanya ingin berbagi salah satu cerita masa SMA saya barangkali ada hal yang bisa diambil pelajaran.

Awal Perekrutan sebagai Peserta Olimpiade

Pada awal semester 2, sekitar awal bulan Februari, sekolah saya tercinta, SMAN 1 Parung, ikut dalam kegiatan olimpiade. Satu persatu siswa/i kelas X dan XI dipilih sebagai calon peserta perwakilan sekolah. Dari kelas saya, dipilihlah 4 siswa yang berpotensi sebagai peserta olimpiade, yakni Ilham Fauzi (awalnya kimia, tapi dipindah ke komputer), Bintang Putra Pratama (fisika), Septi Dini Balistikawati (biologi), dan saya sendiri, Fajar Nur Cahyo (biologi).
Saya sempat bingung ketika saya dicantumkan sebagai calon peserta olimpiade, apalagi di bidang biologi. Padahal, saat semester 1 saya lebih condong ke pelajaran matematika. Entah kenapa guru yang mengajar saya di bidang biologi memilih saya. Namun hal itu tidak terlalu saya hiraukan karena saya termasuk orang yang suka dengan hal yang baru.

Satu minggu setelah pengumuman calon peserta olimpiade, kami diberi tambahan materi sesuai dengan mata pelajaran yang akan kami hadapi masing-masing selama kurang lebih satu bulan. Pemberian materi dilaksanakan setelah pulang sekolah dan dilaksanakan secara terpisah antara mata pelajaran yang satu dengan yang lain. Setelah satu bulan, diadakanlah tes untuk menyaring peserta yang akan maju sebagai perwakilan dari sekolah. Tes yang diberikan adalah soal-soal pilihan yang diambil dari soal try out kelas XII. Dari 40 soal yang saya kerjakan, saya hanya mampu menjawab 10 soal dengan benar.
Saya pikir hanya saya yang bisa menjawab benar paling sedikit, ternyata teman-teman saya justru memliki jawaban benar lebih sedikit dari saya. Wah, saya kaget sekali. Apalagi siswa lain yang juga sebagai calon peserta hanya mampu menjawab benar tidak lebih dari 9 soal. Teman saya yang bernama Ilham Fauzi juga lolos sebagai peserta perwakilan sekolah di bidang komputer. Jadi, dari kelas saya hanya saya dan Ilham Fauzi yang lolos menjadi peserta.

Dari tes tersebut, dipilihlah 2 perwakilan saja. Awalnya, saya akan berpasangan dengan teman kelas saya yang bernama Septi Dini Balistikawati sebaga perwakilan dari sekolah (soal yang dijawab benar olehnya 9 soal). Namun, guru pembimbing saya memasangkan saya dengan anak kelas XI (soal yang dijawab benar sebanyak 8 soal) dengan alasan anak kelas XI itu pernah ikut olimpiade biologi juga di tahun sebelumnya. Anak kelas XI itu saya panggil Teh Anis. Keesokan harinya, kami mulai mendapat pelajaran tambahan dengan mengambil jam KBM. Pemberian materi dilaksanakan hingga waktu ujian tiba, 15 April 2009.


Persiapan Menuju Hari H

Seperti yang telah disebutkan, kami belajar tiap hari dengan mengambil jam KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) sampai tanggal 14 April 2009. Sistem belajarnya seperti belajar biasa: pemberian tugas, pembahasan, dan persiapan materi untuk pertemuan selanjutnya. Guru yang dipilih oleh sekolah adalah dari guru bidang studi dan para alumni yang pernah berkelut di dunia olimpiade.
Saya termasuk anak yang tidak bisa diam. Jadi, saya paling sulit untuk diajak belajar dengan serius. Biasanya saya menyelingi waktu belajar sambil bercanda. Teh Anis kadang ikut terlarut dalam candaan saya, tapi kalo lagi "dapet", bisa-bisa diceramahin. Hal inilah yang membuat Teh Anis heran, bagaimana caranya orang seperti saya bisa menjadi peserta olimpiade? Saya hanya menjawab bahwa tiap orang memiliki caranya masing-masing dalam mencapai sesuatu, dalam hal ini adalah menuntut ilmu. Cara belajarnya dengan saya memang sangat berbeda. Ia mengandalkan keseriusan dan ketelitian (yang menurut saya berlebihan). Walau begitu, kami tetap saling menghargai dan mengisi kekurangan satu sama lain.
Sayapun bersyukur, walaupun kami (saya dan Ilham Fauzi) sibuk dengan persiapan menuju olimpiade, teman-teman kami banyak yang mendukung, terutama teman-teman kelas kami. Saat kami merasa bahwa kami tertinggal pelajaranpun, teman-temanlah jua yang membantu kami.



Hari yang Telah Dinantikan

Akhirnya, hari yang telah dinanti telah tiba, Rabu, 15 April 2009. Kami berangkat dari SMA N 1 Parung pukul 07.15. Ketika itu, saya dan Oji (panggilan akrab untuk teman saya, Ilham Fauzi) sedang melakukan persiapan terakhir menjelang keberangkatan menuju SMA N 2 Cibinong, tempat diadakannya seleksi tingkat Kabupaten, teman-teman kelas kami sedang mendapat pelajaran olahraga di lapangan. Mereka mendukung kami dengan "sorakan" mereka yang khas hingga kami pergi meninggalkan SMA N 1 Parung dengan rombongan mobil sekolah.
Dalam perjalan, kami (saya dan peserta lain) benar-benar merasa demam panggung. Tidak ada perbincangan apapun diantara kami melainkan hanya sedikit gurauan. Kami terkadang makan makanan ringan yang telah disiapkan dari sekolah, hingga tak terasa kaki kami telah berpijak di SMA N 2 Cibinong. Kami tiba di SMA N 2 Cibinong sekitar pukul 08.10 WIB.
Sebelumnya, kami dikumpulkan ke beberapa stan berisi daftar hadir sesuai dengan bidang kami masing-masing. Di sana kami mengisi daftar hadir, setelah itu kami diberi semacam "ID Card" yang berbeda-beda sesuai bidang kami masing-masing. "ID card" tersebut harus diisi dengan nama dan asal sekolah. Setelah itu kami dikumpulkan di lapangan (di bawah naungan tenda) sambil mendengarkan acara sambutan yang dipimpin oleh Bupati Bogor saat itu, Bapak Rachmat Yasin.
Satu hal yang masih saya ingat dari nasihat beliau adalah, jadilah anak yang cerdas dan bermoral. Nasihat yang saya pikir mudah dikatakan namun cukup sulit untuk dilakukan. Faktanya, cukup banyak orang cerdas di dunia ini (bahkan kalo saya asumsikan, semua orang cerdas di bidangnya masing-masing) namun tidak sedikit pula yang menggunakan akalnya untuk keperluan sesaat namun menyisakan kepedihan untuk waktu yang lama dan berdampak luas.
Beberapa saat setelah acara pembukaan selesai, para guru yang mengantar kami mengajak kami semua berkumpul dan berdo'a demi kelancaran dalam mengisi soal dan kami diberikan apa yang terbaik. Setelah berdo'a, para guru menunggu di wilayah sekitar SMAN 2 Cibinong dan beberapa diantaranya kembali ke sekolah untuk melanjutkan tugas-tugasnya. Kami berpencar masuk ke kelas kami masing-masing. Saya tidak seruang dengan Teh Anis. Teh Anis berada di sebelah ruangan saya.



Hal yang Terpikirkan Saat Ujian
Saat saya masuk ruangan, masih banyak anak-anak yang sibuk menghafal pelajaran atau sekedar membaca saja untuk mengingat kembali. Saya tidak melakukan itu semua. Saya hanya sibuk menyiapkan alat-alat yang akan digunakan dalam mengerjakan tugas karena saya berpendapat bahwa beberapa menit sebelum ujian adalah waktu yang cocok untuk pemantapan diri untuk saat terakhir. Saya duduk paling belakang dari depan meja guru di ruangan itu. Waktu yang diberikan adalah 120 menit, kecuali untuk mata pelajaran fisika dan matematika.
Ketegangan saat (mencoba) mengerjakan soal memang selalu ada, namun jika kita terlalu menganggap soal layaknya musuh yang tak dapat dimusnahkan itu juga kurang baik. Alangkah baiknya jika kita memiliki kiat-kiat khusus sebelum menghadapi soal yang akan kita hadapi sejak jauh hari. Saya pribadi memiliki cara-cara khusus dalam rangka persiapan sebelum menghadapi olimpiade.
Pertama, tumbuhkan rasa kemauan untuk menang dan rasa syukur karena tidak semua orang memiliki kesempatan menghadapi olimpiade. Hal ini dapat meningkatkan semangat dalam belajar hingga tidak mudah putus asa; Kedua, belajarlah dengan metode yang paling disukai dan paling efektif menurut diri masing-masing. Hal ini akan memudahkan kita menyerap ilmu yang sedang kita tekuni. Saya pribadi lebih senang belajar dengan cara membayangkan hal yang sedang kita pelajari (bayangkan prosesnya). Contoh: jika saya sedang belajar mengenai peredaran darah, maka saya akan membayangkan darah yang sedang mengalir di pembuluh darah menggunakan daya imajinasi saya; Ketiga, usahakan makan yang teratur dan bergizi. Ini berguna menjaga kesehatan sekaligus meningkatkan nutrisi yang cukup; Keempat, yang tidak kalah pentingnya, berdo'a dan meminta dukungan dari orang-orang terdekat.
Selama 120 menit saya mengerjakan soal, ternyata saya menyadari hal yang dari awal sudah saya duga namun tidak saya hiraukan. Saya lebih fokus ke materi semester 1 hingga 5, namun saya menganggap sepele pada materi semester 6. Ternyata, soal lebih fokus ke materi semester 5 dan 6. Setelah waktu 120 menit berakhir, saya mulai menyiapkan hal-hal yang akan dijadikan bahan evaluasi setidaknya untuk diri saya sendiri jika tahun depan saya masih berkesempatan menjadi peserta olimpiade di bidang yang sama atau hanya berbagi kepada teman yang lain.
Sesaat setelah keluar dari ruangan, panitia memberikan sebungkus makanan. Tak lama, Teh Anis menghampiri saya dan menceritakan betapa sulitnya soal itu. Dia juga berpendapat bahwa soal yang diujikan lebih fokus ke materi semester 5 dan 6. Saya cuma bisa tertawa saja sambil meringankan beban yang sudah diemban selama 120 menit tadi.



Pasca Ujian Seleksi
Kami yang sudah menyelesaikan ujian berkumpul untuk makan bersama sambil membicarakan soal yang telah kami kerjakan. Kami berkumpul di sebuah ruang belajar yang tidak digunakan sebagai ruang ujian.

Dari perkumpulan itu juga saya mulai mengenal teman-teman yang ikut menjadi peserta olimpiade karena sebelumnya minim sekali kesempatan kami untuk bisa saling berinteraksi. Maklum, kami lebih dipacu untuk belajar, bukan ngobrol saat masa-masa "karantina". Saya juga bisa mengerti keluh kesah mereka dengan menjadi peserta olimpiade. Tugas sekolah yang terbengkalai, kurangnya interaksi dengan teman seperjuangan di sekolah, bahkan meninggalkan dunianya dulu untuk sementara (beberapa peserta olimpiade adalah ketua OSIS, ketua Ekskul, dan aktif di OSIS maupun ekskul). Saya sebenarnya juga anggota OSIS, tetapi karena bulan itu (April) tidak ada acara, maka tak ada alasan bagi saya untuk menolak kesempatan yang jarang terjadi ini.
Tak lama, teman kami yang lainpun ikut berkumpul bersama kami karena waktu ujian mereka baru selesai (peserta matematika dan fisika). Beberapa menit kemudian, terdengar kumandang adzan zuhur. Kami bergegas menuju masjid di SMA N 2 Cibinong, kecuali beberapa teman kami yang sedang halangan.
Setelah kami menunaikan sholat zuhur, kami kembali ke ruang yang sebelumnya kami gunakan untuk berkumpul. Sesampainya di sana, para guru pembimbing kami memberitahu bahwa hasil seleksi akan diumumkan pukul 16.00. Guru pembimbing kami memberikan dua pilihan, pulang bersama beberapa guru, atau menunggu pengumuman hasil ujian tadi bersama 2 orang guru.
Saya lebih memilih menunggu saja, agar saya bisa mengetahui secara langsung siapa yang akan lolos dari sekolah kami. Sayapun mau menunggu juga karena Oji juga menunggu dulu siapa yang akan lolos. Saya, Oji, 2 teman kami yang lain (peserta mata pelajaran fisika dan komputer), dan 2 guru pembimbing kami menunggu waktu pengumuman hasil ujian seleksi.
Tak berapa lama setelah guru dan teman-teman kami pulang ke Parung, hujan pun turun. Sambil menunggu, kami diperlihatkan beberapa pertunjukkan oleh siswa-siswi SMA N 2 Cibinong yang memang sengaja dipertunjukkan kepada para wakil dari tiap sekolah yang masih bertahan menunggu pengumuman seleksi. Pertunjukkan yang ditampilkan antara lain pembacaan puisi berjudul "Kata", drama boneka dengan bahasa Inggris, dan lain-lain.
Saya juga masih ingat, guru pembimbing kami pernah mengancam. Jika tidak ada siswa dari sekolah kami yang lolos ke tahap selanjutnya, maka semua peserta dari sekolah kami akan disuruh mengelilingi lapangan upacara di sekolah kami sebanyak 21 kali dengan cara melompat ala "vampir Cina". Untuk peserta yang berhasil lolos ke tahap selanjutnya akan dibelikan voucher pulsa sebesar Rp. 50.000,-.
Dari perkataan guru saya itu, entah mengapa saya yakin sekali bahwa ada diantara kami yang akan lolos ke tahap selanjutnya. Entahlah, namun firasat itu kuat sekali.



Pengumuman Hasil Seleksi
Akhirnya, setelah sekian lama menunggu dengan ditemani hujan, datang juga waktu diumumkannya peserta yang lolos seleksi. Tiap bidang disebutkan, kemudian diikuti dengan nama juaranya. Bagi juara 1, 2, dan 3 akan mendapat hadiah uang serta diikutsertakan menjadi peserta olimpiade wakil dari kabupaten, untuk dilombakan lagi ke tingkat provinsi. Untuk juara 4, 5, dan 6 hanya akan mendapat hadiah uang (yang nominalnya tentu lebih kecil dari juara 1, 2, 3).
Dari sekolah kami yang lolos hanya pada 2 bidang/mata pelajaran saja, yaitu Kebumian (cabang dari pelajaran geografi) dan komputer. Dari kebumian, kedua teman saya menjadi juara. Walaupun hanya menyandang gelar juara 5 dan 6, tetapi kami sangat bangga. Selanjutnya untuk pelajaran komputer, ternyata teman sekelas saya sendiri yang lolos. Benar, dia Ilham Fauzi (Oji). Bahkan, dia menyandang gelar juara 2! Kami pun memberi selamat kepadanya.
Saya takjub dengan prestasinya ini. Saya akui memang dia adalah anak yang pintar dan sayapun sudah duga bahwa dia akan lolos ke tahap selanjutnya. Namun hal ini tidak membuat saya patah semangat, justru saya lebih terpacu untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Untuk menghemat waktu karena hari esok kami masih belajar di sekolah, kami pun pulang menuju SMA N 1 Parung, sekolah kami.


Obrolan Saat Pulang
Dalam perjalanan pulang, kami mengisi waktu dengan berbincang sambil menghabiskan makanan ringan yang dibawa saat berangkat tadi, tapi tidak semua bisa kami makan karena beberapa makanan telah basi. Guru saya pun menekankan tentang hadiah yang telah dijanjikan, yaitu voucher pulsa Rp. 50.000. Kamipun juga sedikit bermain tebak-tebakkan sekedar menghibur hati kami yang kecewa, juga karena jalan sedikit macet karena jalur pulang kami melewati Stasiun Bojong Gede.
Kami tiba di sekolah pukul 18.30 WIB. Kami menunaikan sholat maghrib dahulu sebelum kami pulang ke rumah masing-masing. Setelah sholat maghrib, kami berpisah dan saling menyemangati dengan sedikit humor. Saya tiba di rumah sekitar pukul 19.30 WIB.

Hari itu takkan pernah bisa saya lupa, dan akan selalu saya ingat sebagai bahan motivasi dalam kehidupan saya.
Selengkapnya...